Teladan Abu Bakar Sidiq
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim
. . .
Hai Sobat2 semua! Gimana nih udah siap belum buat baca artikel ini? Nah, kali ini kita punya kesempatan untuk meneladani sifat dari salah satu sahabat nabi Sob. Ya, siapa yang gak kenal sama Abu Bakar as-Sidiq. Kalian yang bener-bener islam pasti tahu deh! Hem. Bener! Abu Bakar as-Sidiq adalah khalifah pertama setelah wafatnya Rasul kita, Nabi Muhammad saw. Yuk baca sama-sama.
Auf
bin Malik menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda, ''Pemimpin-pemimpinmu yang
terbaik adalah mereka yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, kalian
senantiasa memohonkan rahmat buat mereka dan mereka senantiasa memohonkan
rahmat buat kalian. Pemimpin-pemimpinmu yang terjahat adalah mereka yang kalian
benci dan mereka membenci kalian, kalian mengutuk mereka dan mereka mengutuk
kalian.'' (HR Muslim)
Suatu ketika istri Abu Bakar Sidiq minta manisan. Beliau tidak punya uang lebih untuk membelinya. Namun, istrinya punya uang beberapa dirham hasil menabungan selama dua minggu, yang kemudian diberikan kepada Abu bakar untuk membeli manisan. Ketika melihat uang itu, Abu Bakar menyatakan kepada istrinya bahwa tabungan itu telah membuatnya mengambil uang melebihi dari jumlah yang mereka butuhkan. Oleh karena itu, uang itu dikembalikan ke Baitul Mal (kas negara). Betapa beliau itu hati-hati sehingga tidak terjebak memakan uang masyarakat.
Abu Bakar sangat mengutamakan kesederhanaan. Suatu ketika beliau menasihati Khalid bin Walid, sang panglima perang, ''Cobalah jauhi kemegahan karena kemegahan itu akan mengejar Anda. Carilah kematian, maka kehidupan akan diberikan kepada Anda.'' Kalimat ini tidak sekadar pemanis bibir, tetapi terbukti dalam perbuatan.
Sebagai contoh, suatu hari seorang putra penguasa Yaman yang berpakaian serba mewah tiba di Madinah. Dia melihat Abu Bakar hanya mengenakan dua lembar kain warna coklat, yang selembar menutupi pinggang dan yang selembar lagi menutupi bagian badan lainnya. Pemuda itu begitu terharu melihat kesederhanaan sang Khalifah itu sehingga ia membuang pakaiannya yang indah itu untuk diganti dengan pakaian sederhana. Dia pun berkata, ''Di dalam Islam aku tidak menikmati kepalsuan seperti ini.''
Menjelang akhir hayat, Abu Bakar bertanya kepada petugas Baitul Mal tentang jumlah uang yang telah ia ambil sebagai tunjangan. Petugas itu memberi tahu bahwa beliau telah mengambil 6.000 dirham selama dua setengah tahun kekhalifahan. Ia lalu memerintahkan agar tanah miliknya dijual dan seluruh hasilnya diberikan kepada Baitul Mal demi kepentingan warga negaranya.
Bila bermaksud berlaku zalim terhadap rakyatnya, Abu Bakar tentu bisa karena kekuasaan ada padanya. Namun, keyakinannya kepada Allah SWT yang senantiasa melihat dan keyakinannya kepada Rasulullah saw sebagai pembawa risalah itu mencegahnya dari tindak kezaliman. Beliau sangat paham sabda Nabi saw, ''Tiada seorang hamba yang diberi kepercayaan oleh Allah untuk memimpin rakyat kemudian ia mati masih menipu rakyatnya melainkan Allah mengharamkan surga baginya.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Suatu ketika istri Abu Bakar Sidiq minta manisan. Beliau tidak punya uang lebih untuk membelinya. Namun, istrinya punya uang beberapa dirham hasil menabungan selama dua minggu, yang kemudian diberikan kepada Abu bakar untuk membeli manisan. Ketika melihat uang itu, Abu Bakar menyatakan kepada istrinya bahwa tabungan itu telah membuatnya mengambil uang melebihi dari jumlah yang mereka butuhkan. Oleh karena itu, uang itu dikembalikan ke Baitul Mal (kas negara). Betapa beliau itu hati-hati sehingga tidak terjebak memakan uang masyarakat.
Abu Bakar sangat mengutamakan kesederhanaan. Suatu ketika beliau menasihati Khalid bin Walid, sang panglima perang, ''Cobalah jauhi kemegahan karena kemegahan itu akan mengejar Anda. Carilah kematian, maka kehidupan akan diberikan kepada Anda.'' Kalimat ini tidak sekadar pemanis bibir, tetapi terbukti dalam perbuatan.
Sebagai contoh, suatu hari seorang putra penguasa Yaman yang berpakaian serba mewah tiba di Madinah. Dia melihat Abu Bakar hanya mengenakan dua lembar kain warna coklat, yang selembar menutupi pinggang dan yang selembar lagi menutupi bagian badan lainnya. Pemuda itu begitu terharu melihat kesederhanaan sang Khalifah itu sehingga ia membuang pakaiannya yang indah itu untuk diganti dengan pakaian sederhana. Dia pun berkata, ''Di dalam Islam aku tidak menikmati kepalsuan seperti ini.''
Menjelang akhir hayat, Abu Bakar bertanya kepada petugas Baitul Mal tentang jumlah uang yang telah ia ambil sebagai tunjangan. Petugas itu memberi tahu bahwa beliau telah mengambil 6.000 dirham selama dua setengah tahun kekhalifahan. Ia lalu memerintahkan agar tanah miliknya dijual dan seluruh hasilnya diberikan kepada Baitul Mal demi kepentingan warga negaranya.
Bila bermaksud berlaku zalim terhadap rakyatnya, Abu Bakar tentu bisa karena kekuasaan ada padanya. Namun, keyakinannya kepada Allah SWT yang senantiasa melihat dan keyakinannya kepada Rasulullah saw sebagai pembawa risalah itu mencegahnya dari tindak kezaliman. Beliau sangat paham sabda Nabi saw, ''Tiada seorang hamba yang diberi kepercayaan oleh Allah untuk memimpin rakyat kemudian ia mati masih menipu rakyatnya melainkan Allah mengharamkan surga baginya.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Kapankah
kaum Muslim memiliki pemimpin seperti Abu Bakar Sidiq? Mungkin kalian
selanjutnya! Aamiin, mudah-mudahan kita dapat menjadi seperti Abu Bakar yang
selalu hidup dalam kesederhanaan. Tidak pernah memikirkan apa yangrakyat bisa berikan
kepadanya, tapi selalu memikirkan apa yang
bisa dia berikan kepada rakyat.
Komentar
Posting Komentar