Zakat, Infaq, dan Sedekah Sebagai Parameter Kemakmuran Bangsa
Penulis
: Alfian Ali Murtadlo
Indonesia merupakan negara yang
digadang-gadang akan menguasai zona asean pada usianya yang ke 100 tahun. Ya,
berbagai opini menggiring suatu kesimpulan yang mana kesimpulan tersebut masih
belum bisa dibenarkan secara bulat. Banyak sekali institusi yang memberikan
suatu asumsinya bahwa indonesia akan berjaya sejak tahun 2030 keatas. Data yang
mereka sajikan juga menarik untuk diulas. Namun yang akan menjadi konsentrasi
penulis saat ini adalah bagaimana menjadikan suatu parameter yang pasti akan
menjadi dalil dalam menilai berkembangnya perekonomian umat, khususnya umat
islam. Bagaimana umat islam bisa berperan dalam memajukan Negara Kesatuan
Republik Indoneisa ini. Bagaimana umat islam ikut andil dalam menjadikan negara
Indonesia menjadi salah satu dari jajaran atas negara yang memiliki ekonomi
yang kuat.
Salah satu instrumen penting dari
kemajuan umat adalah bagaimana sistem pengelolaan uang berbasis keumatan.
Yaitu, bagaimana caranya mengumpulkan uang dari kas-kas masyarakat menengah
atas hingga bisa distribusikan kepada masyarakat menengah kebawah agar
didapatkan pemerataan sosial dan ikut mencegah kesenjangan sosial. Hal ini
perlu untuk dilakukan studi lebih lanjut. Banyak sekali elemen-elemen
masyarakat turun untuk mensosialisasikan hal ini, namun sekali lagi masih
banyak masyarakat menengah keatas yang belum terjamah atau belum tergerak untuk
melakukan program ini. Masih banyak orang yang belum tahu bahwa kemiskinan
masyarakat disekitar kita juga didukung dengan tidak berbuatnya kita dalam
kebaikan.
Benar yang dikatakan seorang mahasiswa, Albert Einstein, yang sekarang
dikenal sebagai ilmuan fisika, “Dingin itu tidak ada, menurut hukum fisika,
kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan
panas sama sekali dan semua partikel diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu
tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas”.
Berarti bila kita menarik dari kesimpulan ilmuan diatas, itu berarti kita
menganggap bahwa kemiskinan itu tidak ada, yang ada hanyalah tidak adanya
perbuatan yang bisa membuat kemakmuran umat secara bersama. Lalu bagaimana
caraya kita memberdayakan umat agar sama-sama gotong royong untuk memajukan
umat sebagai langkah mencegah kemiskinan.
Hakikatnya, islam telah memberikan
suatu pedoman dalam masalah ini. Masalah bagaimana caranya kita bisa sama-sama
untuk meningkatkan perekonomian umat. Beberapa caranya adalah dengan menghimpun
dana umat untuk digunakan untuk umat. Zakat, Infaq, dan Sadaqah merupakan
beberapa diantaranya. Sejatinya salah satu dari ketiga parameter ini merupakan
parameter yang sangat baik untuk kita angkat dalam forum keumatan. Adalah
zakat, yang sejatinya merupakan kewajiban bagi seluruh umat islam. Zakat ini
apabila pengelolaannya masif dan semuanya memahami, niscaya zakat ini akan
bersifat multiguna dalam mengatasi berbagai permasalahan umat. Tapi dewasa ini,
masih belum maksimal bila ditinjau dalam parameter keberhasilannya.
Pembagian zakat, masih sebatas pembagian barang-barang pokok yang
notabenenya barang-barang tersebut adalah barang-barang yang cepat habis
termakan usia. Pengelola zakat dan penyalur zakat masih mengeterbataskan
pemikiran mereka dalam mengatasi permasalahan zakat. Seolah-olah zakat ini
adalah nomor terakhir dalam mengatasi perekonomian umat. Padahal masih banyak
hal yang bisa kita berikan kepada penerima zakat setelah mereka mendapatkan hak
mereka dalam makanan pokok tersebut. Rasulullah, ketika beliau bertemu dengan
seorang sahabat yang membutuhkan bantuan ekonomi, Rasulullah memberikan uang
untuk membeli kapak (modal kerja) agar sahabat tersebut dapat mencari nafkah
dengan kapak tersebut (Sudewo, 2012). Bahkan Rasulullah pun, pada zaman
tersebut sudah memikirkan hal kreatif untuk mengatasi permasalahan umat.
Masalahnya bukan barangnya, ataupun orangnya, namun pemikiran
masyarakatnya yang terbatas dalam hal zakat ini. Jika saja ada sekelompok orang
miskin yang tiap tahunnya mendapatkan jatah zakat, apakah dengan zakat tersebut
mereka akan terbebas dari belenggu kemiskinan? Tidak! Yang ada hanyalah mereka
akan meminta tambahan jatah untuk tahun depan. Maka sudah semestinya menjadi
permasalahan bersama, bagaimana kita dapat bersama dalam memberdayakan
program-program yang akan memberikan pelatihan kepada penerima zakat, baik
pelatihan keterampilan, pendidikan, mental, fisik, dan lainnya.
Dewasa ini, makin banyak masyarakat berkepribadian baik yang peduli dalam
pengelolaan zakat. Beberapa diantaranya mendirikan berbagai organisasi atau
lembaga yang akan menampung orang-orang baik lainnya yang siap untuk menerima
amanah kebaikan dalam melaksanakan program-program yang akan dilaksanakan. Baik
dari pemerintah, seperti BAZNAS, maupun lembaga zakat masyarakat, seperti PKPU,
Rumah Zakat, LAZIS MU, LAZIS NU, Darut Tauhid, dlsb.
Mereka semua memiliki pemikiran modern yang kekinian dalam memberdayakan
zakat untuk menjadi solusi perekonomian umat. Maka, tidak heran program-program
yang mereka berikan kepada masyarakat bukan hanya pembagian bahan-bahan pokok,
melainkan juga pelatihan dan pembelajaran yang sejatinya lebih berguna untuk
mereka. Banyak bidang aspek kehidupan yang sudah mereka dekati. Mulai dari
kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial, maupun politik. Bersama program dengan
prinsip yang mereka bangun, mulai dirasakan kebaikannya oleh masyarakat luas.
Setidaknya ada 4 aspek kehidupan yang bisa kita garis bawahi dalam
peranannya untuk memajukan perekonomian umat menjadi masyarakat yang madani. 4
Parameter tersebut adalah : Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Sosial. Dalam hal
pendidikan kita bisa tempatkan dalam hal ini program-program yang fungsinya
adalah mengedukasi masyarakat luas sesuai target yang ada. Edukasi disini buka
terbatas pada ilmu pengetahuan dunia, melainkan dalam ilmu pengetahuan agama,
psikis, dan ilmu yang akan berguna dalam kehidupan mereka. Pendidikan-pendidikan
non formal sejatinya sangat berguna untuk penerima zakat.
Pendidikan sejatinya juga akan mengubah pemikiran mereka, menjadi mindset berfikir yang kreatif, sehingga
mereka bisa menjadi agent of change bagi masyarakat sekitarnya. Proses ini
membutuhkan kesabaran dalam membuahkan hasilnya. Karena sejatinya pendidikan
ini bukanlah sistem yang instan, melainkan membutuhkan waktu dalam proses
pembelajaran. Inovasi yang sudah ada adalah dengan mendirikan asrama-asrama
beasiswa yang didalamnya ada pendidikan untuk menjadi agen inspiratif bagi
masyarakat sekitarnya.
Parameter kedua adalah terkait dengan kesehatan. Kesehatan merupakan
kebutuhan pokok setiap individu. Tidak ada orang yang ingin sakit atau
membiarkannya tersiksa dalam kesakitannya tersebut. Transformasi zakat yang
sekarang sudah dilakukan berbagai elemen masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan adalah dengan mendirikan banyak klinik dan rumah sehat yang
diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu yang dananya diambil dari dana umat.
Parameter ketiga adalah ekonomi. Perekonomian menjadi parameter
keberhasilan suatu bangsa dalam memakmurkan masyarakatnya. Perekonomian pulalah
yang akan menjadi ujung tombak masyarakat luar dalam menilai produktifitas
masyarakat kita. Maka program-progam nantinya akan banyak bersoalan dengan
bagaimana caranya membuat masyarakat kita produktif dalam menghasilkan karya
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat luas, terlebih untuk masyarakat
global. Hal yang sudah dilakukan oleh berbagai lembaga kemanusiaan adalah
memberikan modal usaha kepada pabrik atau perusahaan skala kecil untuk
mengembangkan usahanya. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan
mempertemukan pemilik modal dan pelaku usaha, yang dipertemukan dengan akad
islami, harapannya akan memiliki proges yang baik untuk bisa dikembangkan ke
tingkat manajemen berikutnya.
Parameter terakhir adalah sosial. Manusia adalah makhluk sosial, segala
yang dilakukan oleh kita, besar-kecilnya akan berdampak kepada masyarakat lain
di luar sana. Sosial ini juga tersirat dari ke tiga parameter sebelumnya. Di
mana program-program yang ada sebelumnya juga termuat nilai sosial masyarakat.
Namun, pada parameter sosial disini, bagaimana kita dapat memberikan program
yang memang perlu dalam keadaan mendesak, seperti bencana alam, musibah yang
tiba-tiba, dan keadaan lain yang diluar statistik kita.
Bila keempat parameter di atas dapat
dijaga konsistensinya oleh pengelola zakat, maka mustahil negeri ini tidak
berkembang. Maka impian indonesia untuk memiliki peringkat negara ekonomi
tertinggi akan tercapai. Masalahnya adalah bagaimana program yang sudah ada
ditingkatkan dan dijaga ritme istiqomahnya dengan evaluasi mendalam agar
menjadi bahan pertimbangan dalam parameter keberhasilan penunjang perekonomian
umat.
Referensi
https://ekbis.sindonews.com/read/1237105/35/indonesia-peringkat-ke-5-ekonomi-paling-kuat-di-dunia-1504673818
diakses pada Rabu 20 Desember pukul 21.17
https://www.kompasiana.com/reduane/apakah-tuhan-menciptakan-kejahatan-albert-einstein-menjawab_5517962781331127699de263
diakses pada Rabu 20 Desember pukul 21.35
https://isnet.or.id/2017/11/14/zakat-instrumen-pemberdayaan-masyarakat-dalam-menyelesaikan-kemiskinan-di-indonesia/
diakses pada Rabu 20 Desember pukul 21.05
Komentar
Posting Komentar