Aku Bukan Penduduk Dunia
Aku Bukan Penduduk Dunia
Halaqah Sa'ad bin Abi Waqqas
Ada kalanya langkah jemarimu sulit kau hentikan
busur mata pena goreskan nokta satu- satu dua tiga terus bersinergi,
bersambungan ungkapkan isi hati yang menderu,
bahkan sesobek kertas bekas yang terserak tak kau biarkan ia tersisa ruangnya,
buklet mungil itu seakan bergumam "Tak usah terlalu dipikirkan,
kawan cukuplah kau berbaik sangka pada dirimu, pada dirinya,
pada mereka, aku masih disini menyertai,
sabar dalam diam membersamai,
tuliskanlah saja semua, aku akan mendengarkan, "
"Baiklah...aku mulai dari sini.... Tak ingin aku menjadi penduduk dunia,
yang selama ini selalu memperdayai, seakan selalu ada,
serasa tak ada ujungnya, dikira kekal tak abadi.
Rupanya aku sempat terlupa bahwa Aku Penduduk akhirat,
disana tempat kembali, kampung halamanku."
Aku periksa ransel perbekalan, ternyata masih kosong melompong,
rupanya ada yang robek, semacam koyak sepertinya, sungguh baru ku sadar,
tak ada bekal untuk kembali, aku miskin, aku kerdil, aku tak punya apa-apa masih
ada waktu tersisa, mungkin sesaat atau sejenak saja akan ku tambal robekan itu,
akan ku ambil bekal semampuku, karena Aku bukan penduduk dunia, akan ku cari jalan kembali,
bersama rembulan, juga mentari meraba langkahku, kembali pada-Nya
Halaqah Sa'ad bin Abi Waqqas
Ada kalanya langkah jemarimu sulit kau hentikan
busur mata pena goreskan nokta satu- satu dua tiga terus bersinergi,
bersambungan ungkapkan isi hati yang menderu,
bahkan sesobek kertas bekas yang terserak tak kau biarkan ia tersisa ruangnya,
buklet mungil itu seakan bergumam "Tak usah terlalu dipikirkan,
kawan cukuplah kau berbaik sangka pada dirimu, pada dirinya,
pada mereka, aku masih disini menyertai,
sabar dalam diam membersamai,
tuliskanlah saja semua, aku akan mendengarkan, "
"Baiklah...aku mulai dari sini.... Tak ingin aku menjadi penduduk dunia,
yang selama ini selalu memperdayai, seakan selalu ada,
serasa tak ada ujungnya, dikira kekal tak abadi.
Rupanya aku sempat terlupa bahwa Aku Penduduk akhirat,
disana tempat kembali, kampung halamanku."
Aku periksa ransel perbekalan, ternyata masih kosong melompong,
rupanya ada yang robek, semacam koyak sepertinya, sungguh baru ku sadar,
tak ada bekal untuk kembali, aku miskin, aku kerdil, aku tak punya apa-apa masih
ada waktu tersisa, mungkin sesaat atau sejenak saja akan ku tambal robekan itu,
akan ku ambil bekal semampuku, karena Aku bukan penduduk dunia, akan ku cari jalan kembali,
bersama rembulan, juga mentari meraba langkahku, kembali pada-Nya
Komentar
Posting Komentar