Zakat, Infaq, dan Sedekah Sebagai Parameter Kemakmuran Bangsa

http://darulfiqh.com/wp-content/uploads/2016/07/zakat-installment-580x333.png 


Penulis : Alfian Ali Murtadlo

            Indonesia merupakan negara yang digadang-gadang akan menguasai zona asean pada usianya yang ke 100 tahun. Ya, berbagai opini menggiring suatu kesimpulan yang mana kesimpulan tersebut masih belum bisa dibenarkan secara bulat. Banyak sekali institusi yang memberikan suatu asumsinya bahwa indonesia akan berjaya sejak tahun 2030 keatas. Data yang mereka sajikan juga menarik untuk diulas. Namun yang akan menjadi konsentrasi penulis saat ini adalah bagaimana menjadikan suatu parameter yang pasti akan menjadi dalil dalam menilai berkembangnya perekonomian umat, khususnya umat islam. Bagaimana umat islam bisa berperan dalam memajukan Negara Kesatuan Republik Indoneisa ini. Bagaimana umat islam ikut andil dalam menjadikan negara Indonesia menjadi salah satu dari jajaran atas negara yang memiliki ekonomi yang kuat.
            Salah satu instrumen penting dari kemajuan umat adalah bagaimana sistem pengelolaan uang berbasis keumatan. Yaitu, bagaimana caranya mengumpulkan uang dari kas-kas masyarakat menengah atas hingga bisa distribusikan kepada masyarakat menengah kebawah agar didapatkan pemerataan sosial dan ikut mencegah kesenjangan sosial. Hal ini perlu untuk dilakukan studi lebih lanjut. Banyak sekali elemen-elemen masyarakat turun untuk mensosialisasikan hal ini, namun sekali lagi masih banyak masyarakat menengah keatas yang belum terjamah atau belum tergerak untuk melakukan program ini. Masih banyak orang yang belum tahu bahwa kemiskinan masyarakat disekitar kita juga didukung dengan tidak berbuatnya kita dalam kebaikan.
Benar yang dikatakan seorang mahasiswa, Albert Einstein, yang sekarang dikenal sebagai ilmuan fisika, “Dingin itu tidak ada, menurut hukum fisika, kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali dan semua partikel diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas”. Berarti bila kita menarik dari kesimpulan ilmuan diatas, itu berarti kita menganggap bahwa kemiskinan itu tidak ada, yang ada hanyalah tidak adanya perbuatan yang bisa membuat kemakmuran umat secara bersama. Lalu bagaimana caraya kita memberdayakan umat agar sama-sama gotong royong untuk memajukan umat sebagai langkah mencegah kemiskinan.
            Hakikatnya, islam telah memberikan suatu pedoman dalam masalah ini. Masalah bagaimana caranya kita bisa sama-sama untuk meningkatkan perekonomian umat. Beberapa caranya adalah dengan menghimpun dana umat untuk digunakan untuk umat. Zakat, Infaq, dan Sadaqah merupakan beberapa diantaranya. Sejatinya salah satu dari ketiga parameter ini merupakan parameter yang sangat baik untuk kita angkat dalam forum keumatan. Adalah zakat, yang sejatinya merupakan kewajiban bagi seluruh umat islam. Zakat ini apabila pengelolaannya masif dan semuanya memahami, niscaya zakat ini akan bersifat multiguna dalam mengatasi berbagai permasalahan umat. Tapi dewasa ini, masih belum maksimal bila ditinjau dalam parameter keberhasilannya.
Pembagian zakat, masih sebatas pembagian barang-barang pokok yang notabenenya barang-barang tersebut adalah barang-barang yang cepat habis termakan usia. Pengelola zakat dan penyalur zakat masih mengeterbataskan pemikiran mereka dalam mengatasi permasalahan zakat. Seolah-olah zakat ini adalah nomor terakhir dalam mengatasi perekonomian umat. Padahal masih banyak hal yang bisa kita berikan kepada penerima zakat setelah mereka mendapatkan hak mereka dalam makanan pokok tersebut. Rasulullah, ketika beliau bertemu dengan seorang sahabat yang membutuhkan bantuan ekonomi, Rasulullah memberikan uang untuk membeli kapak (modal kerja) agar sahabat tersebut dapat mencari nafkah dengan kapak tersebut (Sudewo, 2012). Bahkan Rasulullah pun, pada zaman tersebut sudah memikirkan hal kreatif untuk mengatasi permasalahan umat.
Masalahnya bukan barangnya, ataupun orangnya, namun pemikiran masyarakatnya yang terbatas dalam hal zakat ini. Jika saja ada sekelompok orang miskin yang tiap tahunnya mendapatkan jatah zakat, apakah dengan zakat tersebut mereka akan terbebas dari belenggu kemiskinan? Tidak! Yang ada hanyalah mereka akan meminta tambahan jatah untuk tahun depan. Maka sudah semestinya menjadi permasalahan bersama, bagaimana kita dapat bersama dalam memberdayakan program-program yang akan memberikan pelatihan kepada penerima zakat, baik pelatihan keterampilan, pendidikan, mental, fisik, dan lainnya.
Dewasa ini, makin banyak masyarakat berkepribadian baik yang peduli dalam pengelolaan zakat. Beberapa diantaranya mendirikan berbagai organisasi atau lembaga yang akan menampung orang-orang baik lainnya yang siap untuk menerima amanah kebaikan dalam melaksanakan program-program yang akan dilaksanakan. Baik dari pemerintah, seperti BAZNAS, maupun lembaga zakat masyarakat, seperti PKPU, Rumah Zakat, LAZIS MU, LAZIS NU, Darut Tauhid, dlsb.
Mereka semua memiliki pemikiran modern yang kekinian dalam memberdayakan zakat untuk menjadi solusi perekonomian umat. Maka, tidak heran program-program yang mereka berikan kepada masyarakat bukan hanya pembagian bahan-bahan pokok, melainkan juga pelatihan dan pembelajaran yang sejatinya lebih berguna untuk mereka. Banyak bidang aspek kehidupan yang sudah mereka dekati. Mulai dari kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial, maupun politik. Bersama program dengan prinsip yang mereka bangun, mulai dirasakan kebaikannya oleh masyarakat luas.
Setidaknya ada 4 aspek kehidupan yang bisa kita garis bawahi dalam peranannya untuk memajukan perekonomian umat menjadi masyarakat yang madani. 4 Parameter tersebut adalah : Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Sosial. Dalam hal pendidikan kita bisa tempatkan dalam hal ini program-program yang fungsinya adalah mengedukasi masyarakat luas sesuai target yang ada. Edukasi disini buka terbatas pada ilmu pengetahuan dunia, melainkan dalam ilmu pengetahuan agama, psikis, dan ilmu yang akan berguna dalam kehidupan mereka. Pendidikan-pendidikan non formal sejatinya sangat berguna untuk penerima zakat.
Pendidikan sejatinya juga akan mengubah pemikiran mereka, menjadi mindset berfikir yang kreatif, sehingga mereka bisa menjadi agent of change bagi masyarakat sekitarnya. Proses ini membutuhkan kesabaran dalam membuahkan hasilnya. Karena sejatinya pendidikan ini bukanlah sistem yang instan, melainkan membutuhkan waktu dalam proses pembelajaran. Inovasi yang sudah ada adalah dengan mendirikan asrama-asrama beasiswa yang didalamnya ada pendidikan untuk menjadi agen inspiratif bagi masyarakat sekitarnya.
Parameter kedua adalah terkait dengan kesehatan. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok setiap individu. Tidak ada orang yang ingin sakit atau membiarkannya tersiksa dalam kesakitannya tersebut. Transformasi zakat yang sekarang sudah dilakukan berbagai elemen masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan adalah dengan mendirikan banyak klinik dan rumah sehat yang diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu yang dananya diambil dari dana umat.
Parameter ketiga adalah ekonomi. Perekonomian menjadi parameter keberhasilan suatu bangsa dalam memakmurkan masyarakatnya. Perekonomian pulalah yang akan menjadi ujung tombak masyarakat luar dalam menilai produktifitas masyarakat kita. Maka program-progam nantinya akan banyak bersoalan dengan bagaimana caranya membuat masyarakat kita produktif dalam menghasilkan karya yang berguna untuk dirinya dan masyarakat luas, terlebih untuk masyarakat global. Hal yang sudah dilakukan oleh berbagai lembaga kemanusiaan adalah memberikan modal usaha kepada pabrik atau perusahaan skala kecil untuk mengembangkan usahanya. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan mempertemukan pemilik modal dan pelaku usaha, yang dipertemukan dengan akad islami, harapannya akan memiliki proges yang baik untuk bisa dikembangkan ke tingkat manajemen berikutnya.
Parameter terakhir adalah sosial. Manusia adalah makhluk sosial, segala yang dilakukan oleh kita, besar-kecilnya akan berdampak kepada masyarakat lain di luar sana. Sosial ini juga tersirat dari ke tiga parameter sebelumnya. Di mana program-program yang ada sebelumnya juga termuat nilai sosial masyarakat. Namun, pada parameter sosial disini, bagaimana kita dapat memberikan program yang memang perlu dalam keadaan mendesak, seperti bencana alam, musibah yang tiba-tiba, dan keadaan lain yang diluar statistik kita.
            Bila keempat parameter di atas dapat dijaga konsistensinya oleh pengelola zakat, maka mustahil negeri ini tidak berkembang. Maka impian indonesia untuk memiliki peringkat negara ekonomi tertinggi akan tercapai. Masalahnya adalah bagaimana program yang sudah ada ditingkatkan dan dijaga ritme istiqomahnya dengan evaluasi mendalam agar menjadi bahan pertimbangan dalam parameter keberhasilan penunjang perekonomian umat.

Referensi
https://ekbis.sindonews.com/read/1237105/35/indonesia-peringkat-ke-5-ekonomi-paling-kuat-di-dunia-1504673818 diakses pada Rabu 20 Desember pukul 21.17
https://www.kompasiana.com/reduane/apakah-tuhan-menciptakan-kejahatan-albert-einstein-menjawab_5517962781331127699de263 diakses pada Rabu 20 Desember pukul 21.35
https://isnet.or.id/2017/11/14/zakat-instrumen-pemberdayaan-masyarakat-dalam-menyelesaikan-kemiskinan-di-indonesia/ diakses pada Rabu 20 Desember pukul 21.05

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Hobbit, The Lord of the Ring dan Kisah Akhir Zaman

Dialog Kakek & Ustad Muda